1. Pengertian
a. Menurut Sutisna, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. (Mulyasa,2009:107)
b. Menurut Soepardi, kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. (Mulyasa,2009:107)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu secara efektif dan efisien. Kepemimpinan mencakup 3 hal yang saling berhubungan, yaitu pemimpin dan karakter, pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
2. Gaya Kepemimpinan
Adalah cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Thoha (Mulyasa,2009) mengartikan sebagai norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
a. Pendekatan Sifat
Menurut Sutisna, pada pendekatan terdapat sifat – sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensil pada kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu : (a) kekuatan fisik dan susunan syaraf; (b) penghayatan terhadap arah dan tujuan; (c) antusiasme; (d) keramah tamahan; (e) integritas; (f) keahlian teknis; (g) kemampuan mengambil keputusan; (h) inteligensi; (i) keterampilan memimpin; (j) ketrampilan memimpin; (k) kepercayaan (Tead). Namun sayangnya, pendekatan ini tidak mampu menjawab pertanyaan di sekitar kepemimpinan.
b. Pendekatan Perilaku
1) Studi Kepemimpinan Universitas OHIO; Ada 2 dimensi utama dari perilaku pemimpin, yaitu pembuatan inisiatif (initiating structure) dan perhatian ( consideration). Inisiatif, artinya pemimpin memberi batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Konsiderasi, diartikan derajat dan corak hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang ditandai saling percaya, menghargai dan menghormati dengan bawahannya. Kombinasi 2 dimensi tersebut akan menghasilkan 4 gaya kepemimpinan.
2) Studi Kepemimpinan Universitas Michigan; Hersey & Blanchard mengidentifikasi dua konsep, yaitu bawahan dan produksi. Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan menganggap setiap karyawan penting dan menerimanya sebagai pribadi. Sedangkan pemimpin yang menekankan pada orientasi produksi dan aspek kerja, bawahan dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Ini sama dengan tipe otoriter (task) dan demokrasi (relationship).
3) Jaringan Manajemen (Managerial Grid); Dikembangkan oleh Blake & Mouton, menurut mereka manajemen berhubungan dengan 2 hal, yaitu (a) perhatian menekankan pada produksi / tugas : menekankan mutu pelayanan staf, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran ; (b) perhatian pada orang – orang : memperlihatkan keterlibatan anak buah untuk mencapai tujuan (aspek yang menyangkut harga diri anak buah, tanggung jawab berdasarkan kepercayaan, suasana kerja yang menyenangkan, dan hubungan yang harmonis).
c. Pendekatan Situasional
Teori Kepemimpinan Kontingensi
Menurut Fiedler & Chemers, menjadi pemimpin bukan karena faktor kepribadian tetapi karena berbagai factor situasi (saling berhubungan antara pemimpin dengan situasi). Tiga factor yang harus diperhatikan yaitu hubungan antara pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan kekuasaan yang berasal dari organisasi. Dua jenis gaya kepemimpinan dan dua tingkat yang menyenangkan adalah mengutamakan tugas dan hubungan kemanusiaan.
Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi (Reddin, dari Universitas New Brunswick, Canada)
Menurutnya ada 3 dimensi yang dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan, yaitu perhatian pada produksi/tugas, perhatian pada orang, dimensi efektifitas. Ini sama dengan jaringan manajemen yang memiliki 4 dasar kepemimpinan yaitu integrated, related, separated, dan dedicated. Apabila dilihat dari segi efektif dan tidak efektif akan menjadi 7 gaya kepemimpinan, yaitu :
Ø Gaya integrated, dikembangkan secara efektif → Gaya eksekutif.
Ø Gaya integrated, dikembangkan tidak efektif → Gaya compromiser.
Ø Gaya separated, dikembangkan secara efektif → Gaya bureaucrat.
Ø Gaya separated, dikembangkan tidak efektif → Gaya deserter.
Ø Gaya dedicated, dikembangkan secara efektif → Gaya benevolent authocrat.
Ø Gaya related, dikembangkan secara efektif → Gaya developer.
Ø Gaya related, dikembangkan tidak efektif → Gaya missionary.
Yang termasuk gaya efektif yaitu (a) executive : perhatian pada tugas maupun hubungan kerja dalam kelompok; (b) developer : perhatian tinggi terhadap hubungan kerja dalam kelompok dan perhatian minim terhadap tugas dan pekerjaan; (c) benevolent authocrat : perhatian tinggi terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja; (d) birokrat : perhatian rendah terhadap tugas maupun hubungan. Sedangkan gaya tidak efektif yaitu (a) compromiser : perhatian tinggi pada tugas maupun hubungan kerja; (b) missionary : perhatian tinggi pada hubungan kerja dan rendah pada tugas; (c) autocrat : perhatian tinggi pada tugas dan rendah pada hubungan; (d) deserter perhatian rendah pada tugas dan hubungan kerja.
Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini di dasarkan pada hubungan 3 faktor, yaitu perilaku tugas (Task behavior) yang merupakan pemberian petunjuk, perilaku hubungan (Relationship behavior) adalah ajakan melalui komunikasi zarah, serta kematangan (Maturity) yang merupakan kemampuan dan kemauan anak buah dalam mempertanggung jawabkan. Kematangan (maturity) merupakan factor dominan.
Menurut teori ini, gaya yang tepat untuk diterapkan adalah : (a) Gaya mendikte (Telling) : diterapkan pada anak buah dengan tingkat kematangan rendah; (b) Menjual (Selling) : diterapkan pada anak buah taraf rendah hingga moderat; (c) Melibatkan diri ( Participating) : diterapakan pada anak buah moderat hingga tinggi; (d) Mendelegasikan (Delegating) : diterapkan pada anak buah yang memiliki kemampuan dan kemauan tinggi.
3. Kepemimpinan Dalam Peningkatan Kinerja
a. Pembinaan disiplin (self-disipline)
Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan rasa hormatterhadap kewenangan, menanamkan kerja sama dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi serta untuk menanamkan rasa hormat terhadap orang lain. Soelaeman mengemukakan bahwa pemimpin berfungsi sebagai pengemban ketertiban yang patut diteladani, tetapi tidak di harapkan sikap yang otooriter. Taylor dan User, strategi umum membina disiplin antara lain :
• Konsep diri : factor penting setiap perilaku. Untuk menumbuhkan, pemimpin bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka sehingga pegawai dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
• Ketrampilan berkomunikasi : pemimpin harus menerima semua perasaan pegawai dengan teknik komunikasi yang dapt menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya.
• Konsekuensi logis dan alami.
• Klarifikasi nilai : membantu pegawai menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai dan membentuk system nilai sendiri.
• Latihan keefektifan pemimpin : tujuannya untuk menghilangkan metode represif dan kekuasaan.
• Terapi realitas : pemimpin bersikap positif dan tanggung jawab untuk menerapkan perlu melihat situasi dan paham factor yang mempengaruhi.
b. Pembangkitan motivasi
Merupakan factor dominan kearah efektivitas kerja. Menurut Maslow, motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Ada 2 jenis motivasi menurut Owen, yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang dating dari dalam diri seseorang, sedangkan ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Istilah motivasi sering digunakan secara bergantian dengan istilah kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive), dan gerak hati (impuls). Berikut ini adalah teori – teori motivasi :
a) Teori Maslow : teori hierarkhi kebutuhan
b) Teori Dua Faktor; Dikembangkan oleh Fredrick Herzberg. Dia berpendapat ada dua factor penting, yaitu hygiene (lingkungan) dan motivator (pekerjaan itu sendiri). Factor hygiene bersifat preventif terhadap ketidakpuasan dan tidak memotivasi karyawan dalam bekerja.
c) Teori Alderter; Alderter membedakan 3 kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan akan keberadaan (existence), kebutuhan berhubungan (relatedness), dan kebutuhan untuk bertumbuh (growth need).
d) Teori Prestasi McCelland; McCelland mengatakan bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi / yang lebih baik dari karya orang lain. Ada 3 kebutuhan manusia, yaitu berprestasi, berafilisasi, dan kekuasaan. Ketiganya merupakan unsur penting dalam menentukan prestasi seorang pekerja.
e) Teori X dan Teori Y; Dikembangkan oleh McGregor. Menurutnya, cirri organisasi tradisional pada dasarnya bertolak dari asumsi mengenai sifat dan motivasi manusia.
c. Penghargaan (rewards)
Penghargaan penting untuk meningkatkan kegiatan produktif dan mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Penggunaannya sebaiknya secara efektif dan efisien agar tidak menimbulkan dampak negatif.
4. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif
Kriteria kepemimpin kepala sekolah yang efektif, kriterianya :
a. Mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik, lancer, dan produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, melibatkan masyarakat secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
e. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Menurut Pidarta (dalam Mulyasa,2009:126), tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah antara lain ketrampilan konseptual ( memahami dan mengoperasikan organisasi), ketrampilan manusiawi (kerja sama, memotivasi dan memimpin), ketrampilan teknik (menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu). Untuk memiliki ketrampilan konsep, diharapkan melakukan kegiatan sebagai berikut : senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama cara kerja guru dan pegawai sekolah lain, melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana, membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan, memanfaatkan hasil penelitian orang lain, berfikir untuk masa yang akan dating, merumuskan ide yang dapat di uji cobakan, menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain.
Sekian artikel dari Tugas Sekolah Dan Kuliah mengenai Pengertian Dan Gaya Kepemimpinan MBS, yang dapat kalian jadikan acuan untuk belajar.
Lihat juga:
Kumpulan Artikel Tentang Manajemen